Padang,netralnews.net – Melihat wajah Sumatera Barat dari Padang. Tak berlebihan, karena Padang adalah etalasenya Sumatera Barat atau Ranah Minang. Sebagai gerbang masuk melalui udara dan laut, para pendatang akan melihat terlebih dulu wajah ibukota provinsi ini.
“Membangun dan merawat kejayaan Kota Padang adalah bagian dari upaya kita mencerminkan kebaikan Sumatera Barat. Bagaimanapun juga sebagai sebuah ibu kota provinsi, tentu Padang memerlukan penanganan yang spesifik, antara menata kemajuan infrastruktur dengan tetap menjaga nilai-nilai keminangkabauan,” kata Mahyeldi Ansharullah Datuk Marajo, yang sudah terlibat membangun kota ini sejak menjadi Wakil Walikota bersam Fauzi Bahar, dan kini ia menjadi pemimpin di kota yang sudah berusia 351 tahun ini.
Sebagai sebuah kawasan tempat bermukim penduduk yang multietnis ini, usia Padang yang 3,5 abad itu tentu tak bisa dibilang sebagai sebuah kota yang baru saja tumbuh.
Padang, sudah tumbuh sebagai sebuah bandar penting di pesisir barat Sumatera sejak berabad-abad lalu. Teluk Bayur sebagai pelabuhan alam merupakan pelabuhan yang permai dan menjadi pelabuhan dagang yang penting sejak lama di pantau Barat Sumatera.
Menurut Wali tkota Mahyeldi, sepanjang 10 tahun ini Pemerintah Kota Padang memang lebih berkonsentrasi terhadap recovery-reconstruction (RR) setelah kota ini luluh lantak diguncang gemp[a dahsyat pada 2009. Tak sedikit infrastruktur kota yang binasa yang mesti secara bertahap diperbaiki kembali disamping memperbaiki kehidupan ekonomi masyarakatnya.
“Alhamdulillah, kerja sepuluh tahun ini sudah menampakkah hasil dan benar-benar bisa mengubah Padang dari sebuah kota yang ‘nyaris mati’ akibat bencana, menjadi kota yang diserbu para investor untuk memulai usahanya di Padang. Lihat saja, sejak gempa 2009, terjadi lonjakan pertumbuhan jumlah kamar hotel dengan dibangunnya hotel-hotel berbintang oleh para investor di kota ini,” ujar Mahyeldi Ansharullah didampingi Wakil Walikota, Hendri Septa.
Mahyeldi dan Hendri memang tak menjual kecap, simaklah angka-angka peningkatan ekonomi di Padang. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) 2019 Kota Padang berhasil mengontribusi sebesar 25 persen terhadap PDRB Sumatera Barat. Itu artinya, pertumbuhannya ekonominya juga meningkat. Tak hanya sisi fisik saja, membangun manusia berkualitas juga menjadi salah satu concern dari pasangan Mahyeldi Ansharullah dan Hendri Septa. Ini dapat dilihat dari capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Padang pada tahun 2019 merupakan IPM yang tertinggi di Sumatera Barat yakni mencapai angka 82,68.
Setelah gempa, orang mengira Padang akan menjadi kota mati, tetapi nyatanya malah diserbu para pencari kerja. Sedangkan penduduknya sendiri oleh Pemko Padang berhasil diturunkan Angka Kemiskinan tahun 2019 menjadi 4,48 dari 4,70 pada tahun sebelumnya.
Bagaimana dengan angkatan kerja? “Angka pengangguran juga berhasil kita kerek turun dari 12 persen lebih pada 2015 menjadi 8,76 pada 2019 ini. Kita sampaikan terimakasih kepada para pengusaha, pelaku UMKM yang sudah membuka usaha dan menyerap tenaga kerja hingga menurunkan angka pengangguran,” ujar Hendri Septa yang berlatar belakang pebisnis ini.
Pemko Padang tak hanya sibuk mengurusi pembangunan fisik dan non-fisik, tetapi juga memperhatikan penatakelolaan (governance) keuangan daerah. Ini menurut Wali Kota Mahyeldi adalah sebuah konsistensi dia agar setiap sen uang rakyat yang dipercayakan kepada Pemko Padang benar-benar dikelola dengan akuntabilitas tinggi.
Pertanggungjawaban keuangan negara di Kota Padang memperoleh enam kali berturut-turut opini WTP dari BPK RI dengan Indeks Kepuasan Masyarakat pada 2019 mencapai 79,83.
Sektor pariwisata juga menggembirakan pada tahun 2019, dengan jumlah kunjungan wisata mencapai 5,4 juta dari 3,2 juta pada tahun 2015. Ini lantaran adanya kesungguhan dari pelaku industri wisata yang dipresentasikan dengan diraihnya penghargaan World Best Halal Tourism Destination pada 2017, World Best Halal Tour Operator pada 2017 dan World Best Culinary Destination 2017.
“Sebagai kota yang ramah ivestasi, Pemko Padang bersama DPRD telah membawa kota ini menjadi kota yang dipilih untuk berinvestasi oleh para investor. Pada tahun 2019, tak kurang dari Rp2,2 triliun investasi dalam negeri (PMDN) yang ditanam di Kota Padang, terutama perhotelan. Sedangkan investasi anging mencapai 1,5 juta Dolar AS,” kata Mahyeldi.
24 penghargaan nasional pada 2019 dan tahun ini sudah dibukukan pula 6 penghargaan nasional. Namun menurut dia, penghargaan bukan menjadi tujuan dari kebijakan Pemko Padang, melainkan berorientasi pada capaian target dari program yang sudah dibuat bersama DPRD. “Jika hasil kerja kita kemudian mendapat penghargaan, Alhamdulillah dan itu semua adalah prestasi semua pihak yang bersungguh-sungguh menjaga Kota Padang, ya birokrasi, DPRD, masyarakat dan media,” kata pria yang memang lebih suka banyak bekerja dari pada berbicara ini.
Dengan usia yang sudah 351 tahun tentu saja merupakan sebuah kota penting di Sumatera Barat. Ia berada di pesisir pantai barat Sumatera, berarti di masa lalu ia sangat dekat dengan jalur perdagangan bahari menuju Arab, Afrika bahkan ke Eropa via Terusan Suez. Kata Walikota Mahyeldi Ansharullah, itulah alasannya kenapa kaukus Asosiasi Lengkar Samudera Hindia (IORA – Indian Ocean Rim Association) sangat penting bagi Kota Padang khususnya dan Sumatera Barat pada umumnya.
Pulau Sumatra sebagai salah satu pulau paling kaya sumber daya alam di indonesia juga dihantui ketimpangan pertumbuhan pusat-pusat ekonomi. Hingga kini simpul-simpul ekonomi di Pulau Andalas tersebut lebih banyak di wilayah Timur ketimbang wilayah barat Sumatra. Hal ini bisa dilihat banyaknya kota-kota besar yang betebaran di sisi Timur Pulau Sumatra meliputi, Medan, Pekanbaru, Palembang, Lhoksumawe dan Jambi.
Menurut tokoh Minang Prof. Emil Salim, bila pemerintah yang mendiami tepian Barat Pulau Sumatra tidak mengambil inovasi dalam membangun wilayah, maka ketimpangan akan tetap terjadi.
Kata Emil Salim: "Pada dasarnya persoalan di Pulau Sumatra sama dengan wilayah lainya di Indonesia, yaitu infrastruktur. Tapi di Pulau Sumatra, pertumbuhan itu juga dipengaruhi letak geografis. Simpul-simpul ekonominya ada di wilayah Timur sementara di wilayah barat Sumatra tidak demikian" (Warta Ekonomi/21 April 2016).
Kondisi seperti itu akan menunjukkan bahwa Kota Padang menjadi etalase bagi Sumatera Barat. Keberhasilan Sumatera Barat dapat dicerminkan dari Kota Padang. Itu berarti perbaikan yang terus menerus untuk kejayaan Kota Padang akan sekaligus memperlihatkan kondisi Sumatera Barat, setidaknya pada pandangan pertama saat orang luar datang ke Sumatera Barat melalui Kota Padang, karena Padang juga menjadi gateway atau pintu gerbang bagi Sumatera Barat. (Humas)
Dirgahay
Post a Comment