PADANG - Kakanwil Kemenag Sumbar Helmi mengingatkan tentang pentingnya sikap moderasi dalam beragama. Mengingat dengan paham moderat ini, umat Islam dapat mencegah berkembangnya paham radikalisme, sehingga toleransi antar sesama umat beragama bisa terus terjaga, khususnya di dlingkungan sekolah.
Hal ini ditekankan Kakanwil Helmi saat menjadi
pemateri pada Seminar Nasional Penerapan Nilai-nilai Moderasi Beragama
pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) & Budi Pekerti Selasa
(02/11) siang di Hotel Rangkayo Basa, Padang.
Pada acara yang dirangkai dengan Forum Group Diskusi Impelemntasi Nilai-nilai Moderasi pada PBM PAI berbasis E-Learning di SMA Kota Padang ini, Helmi mengajak guru beserta siswa dan siswi untuk mengimplementasikan program moderasi beragama di lingkungan pendidikan sekolah.
Helmi yang didampingi oleh Kepala Kakankemenag Kota
Padang Edi Oktaviandi menekankan pentingnya peran guru yang bisa menjadi pintu
masuk ekstremisme beragama di sekolah, jika tidak dikelola secara baik.
Mengingat guru adalah pemegang peran terpenting dalam
proses transformasi pengetahuan di sekolah. Ia mengajak guru agama untuk dapat
mendorong terciptanya suasana pendidikan yang kondusif dan mendorong siswanya
mampu berpikiran moderat.
Harapannya tentu saja membangun kolaborasi yang baik
dengan pihak terkait. Termasuk, pembinaan siswa lewat kegiatan ekstrakurikuler
dan ajang perlombaan bisa meningkatkan kualitas siswa dibidang agama.
Ia menyebut informasi bisa diakses melalui media
apapun termasuk hal yang berkaitan dengan pemahaman keagamaan di kalangan guru
maupun siswa.
Hal ini, lanjutnya akan mempermudah akses oknum-oknum
tertentu yang berniat untuk mendoktrin pikiran siswa dan guru menjadi
radikalisme yang tidak toleran. Untuk itu perlu adanya program khusus dalam
upaya menjaga dan melindungi siswa dari paham tersebut di lingkungan sekolah.
Disisi lain mengapresiasi FGD, Helmi mencontohkan
keberhasilan konsep pendidikan di Finlandia. “Di Finlandia, kegiatan FGD ini,
mereka istilahkan capacity building. Dalam satu bulan guru guru mereka bisa
mendapatkan 120 jam dalam berbagai metode. Apakah workshop, bimtek,
FGD, dan lain lain. Begitu pula di Japan bisa menghabiskan 100 jam dan Malaysia
90 jam. “ujarnya dihadapan seluruh peserta seminar.
Maka sangat tepat langkah Kemenag hari ini melalui
Dirjen Pendis, Prof. Ali Ramdani, yang menginginkan kegiatan KKGMP bisa lebih
diperkuat. Karena dinilai akan membangun kualitas guru.Upaya ini, sudah
ditindaklanjuti hingga ke Komisi VIII DPR RI.
“Dan sudah disetujui anggaran 1.8 T. Untuk itu,
diharapkan Disparitas guru kita janganlah terlalu tinggi di Sumbar. Ada guru
yang sudah bisa bikin digitalisasi pembelajaran. Ada juga guru yang gak
kenal mengoperasikan laptop. Maka inilah jawabannya. PAI ini telah melahirkan 6
presiden di Indonesia Sukarno, Suharto, Habibi, gusdur, Megawati, SBY dan
Jokowi. “jelasnya.
Pihaknya mengaku sepakat memperkuat PAI, karena
bagaimanapun lebih besar tantangannya di PAI ketimbang di madrasah.
“Semoga dengan FGD diharapkan agar guru guru PAI
semakin sukses.”ucap helmi.
Tak lupa Helmi menyemangati guru PAI SMA di Kota
Padang atas terselenggaranya kegiatan seminar nasional dan FGD itu.
“Kami menghargai kegiatan ini. Mengingat
sekarang ini kita lebih gencar menggiatkan moderasi beragama. Dan ini sudah
dicantumkan dalam pembangunan jangka menengah Indonesia 2020-2024. Sudah
termasuk visi dan misi kemenag,” imbuhnya.
Menurutnya visi Kemenag bertujuan meningkatkan
kesalehan umat beragama. “Kalau tidak meningkat, kita gagal mencapai
misi.”sebut Helmi lagi.
Selanjutnya Helmi menekankan kembali bagaimana
memperkuat moderasi beragama dan kerukunan beragama. ‘Moderasi beragama itu
seperti yang sudah ada dalam agama kita.”tambahnya.
Ia meyakini moderasi itu berawal dari isu radikalisme
dan intoleransi. Apa indikator orang yang moderat itu? Sambungnya.
Pemahaman moderat pasti diiringi komitmen kebangsaan
yang kuat. “Gak ada yang ingin mengganti ideologi negara Indonesi. Karena
masalah ideologi dan bentuk negara kita sudah disepakati oleh founding fathers
kita. Disayangkan, kalau ada kelompok yang ingin membangkitkan
khilafah.”tuturnya.
Helmi mengajak seluruh komponen di sekolah, ASN, dan
masyarakat untuk tidak mudah dipengaruhi berita-berita yang melemahkan moderasi
beragama. Terlebih lagi, Helmi mengaku baru saja mengikuti rapat virtual dan
koordinasi se-Indonesia bersama Menag. “Nantinya Semua ASN di kalangan Kemenag
dan di luar Kemenag akan diberikan penguatan moderasi beragama
ini.”sebutnya
Indikator lain pemahaman moderat adalah tidak ingin
menyelesaikan permasalahan dengan kekerasan, ucap Helmi.
“Kita menghormati yang tidak sepaham dengan kita,
menghargai kearifan lokal.”lanjutnya.
Helmi mengisahkan pemimpin besar yang digembleng
disuaru masa dahulu. Terbukti melahirkan pemimpin besar di negara Indonesia,
bung Hatta, Sutan Syahrir, Agus Salim, dll.
Disamping peran sekolah, pendidikan di surau itu juga
tak kalah penting. “Pendidikannya sepanjang tahun. Hanya saja, Helmi tak
menampik. Ia sedikit menyayangkan, jika faktanya akhir akhir ini surau kurang
diperhatikan.
“Pak gubernur setuju hafidz/Hafidzah kita yang juara
ditempatkan di Masjid dikasih penghargaan dan difasilitasi kedai dekat masjid
agar dapat penghasilan. Ini ide cemerlang. Ada pula program Tahfiz saat tamat
di sekolah harus hafidz 3 juz. Maka harus ada back-up dari kepala sekolah, maka
kita perlu diperkuat regulasi, ormas dan tokoh agama. “pintanya.
"Atas nama pimpinan Kemenag kami sampaikan
terimakasih pada guru yang telah mendidik putra-putri mendapat imbalan dunia
akhirat. Kami mohon maaf Bila upaya bapak/ibu belum sebanding dengan apa
yang diperoleh."tandasnya menutup materi. (**)
Post a Comment